Terungkap, Ratusan Ribu Orderan Fiktif Gofood Terbongkar, GoFood Rugi Rp2,2 Miliar

Kamu pernah makan enak banget nggak sih pakai layanan pesan antar makanan online macam GoFood? Banyak promo, harga murah, makanannya cepat sampai. Tapi ternyata ada aja oknum yang mencoba mengambil keuntungan dari kemudahan ini. Baru-baru ini GoFood jadi korban penipuan dengan ratusan ribu orderan fiktif yang bikin mereka rugi Rp2,2 miliar.

Orderan Fiktif Di GoFood Tembus Rp2,2 Miliar

Jika Anda sering memesan makanan lewat aplikasi pengirimannya GoFood, perlu waspada. Baru-baru ini terungkap bahwa GoFood mengalami kerugian hingga Rp2,2 miliar akibat orderan fiktif.

Cara Kerja Modus Orderan Palsu

Pelaku orderan palsu ini memanfaatkan promo dan voucher GoFood untuk memesan makanan secara masif. Setelah pesanan diterima, pelaku tidak melakukan pembayaran sama sekali atau hanya membayar sebagian. Hal ini tentu saja merugikan mitra pengiriman makanan dan restoran yang terlibat.

Menurut penyelidikan, total ada 573.139 orderan fiktif yang dilakukan oleh dua orang pelaku selama kurang lebih 3 bulan. Orderan-orderan tersebut berasal dari berbagai restoran yang tersebar di 34 kota di Indonesia. Tak heran jika total kerugian bisa mencapai angka fantastis Rp2,2 miliar.

Langkah Pencegahan

Untuk mencegah hal serupa terjadi lagi, GoFood sudah mengambil beberapa langkah. Pertama, memperketat verifikasi pada saat pendaftaran akun pengguna baru. Kedua, meningkatkan deteksi transaksi mencurigakan secara real-time. Ketiga, memperkuat kolaborasi dengan institusi keamanan untuk menangkap pelaku orderan palsu.

Sebagai pengguna, Anda juga perlu waspada dan selalu memeriksa riwayat transaksi Anda. Jika menemukan adanya orderan yang tidak kamu lakukan, segera laporkan ke GoFood. Dengan kerja sama dari semua pihak, modus orderan fiktif seperti ini dapat diminimalisir di masa mendatang.

Ratusan Ribu Order Fiktif Terbongkar Di Sidoarjo

Ternyata, kasus orderan fiktif ini bukan hanya sekali dua kali terjadi. Investigasi lebih lanjut menemukan bahwa ada ratusan ribu orderan fiktif yang ditemukan di Sidoarjo selama beberapa bulan terakhir. Total kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp2,2 miliar.

Cara Kerja Orderan Fiktif

Pelaku orderan fiktif ini menggunakan berbagai akun palsu dan nomor ponsel yang didaftarkan secara fiktif. Mereka memesan makanan dalam jumlah besar, namun tidak pernah mengambil atau menerima pesanannya. Hal ini tentu saja merugikan pihak restoran yang telah menyiapkan makanan, sementara pelaku hanya bermodalkan akun palsu.

See also  Drama Aplikasi Perpesanan: Bos WhatsApp dan Telegram Membahas Keamanan Pembicaraan Sampah

Untuk menutupi jejak, pelaku juga sering menggunakan jasa pengiriman untuk mengantarkan makanan yang dipesan ke alamat yang berbeda atau bahkan tidak jelas. Beberapa kali pesanan juga dikirim ke tempat yang jauh dari lokasi restoran, sehingga makanan yang dikirim sudah tidak layak dikonsumsi saat sampai di tempat tujuan.

Langkah Pencegahan Platform

Untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang, GoFood menyatakan akan meningkatkan verifikasi data pengguna, memperketat sistem pembayaran serta memperkuat sistem deteksi orderan yang mencurigakan. GoFood juga akan bekerja sama dengan penegak hukum untuk menindak pelaku kasus ini.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang dilakukan, diharapkan platform pesan-antar makanan lainnya juga dapat belajar dan mengantisipasi modus orderan fiktif serupa. Kerugian finansial dan citra yang dialami GoFood harus menjadi pelajaran berharga bagi industri food delivery.

Modus Order Fiktif Yang Merugikan Gojek

Modus operandi order fiktif yang merugikan Gojek bekerja seperti ini: para pelaku melakukan pemesanan dalam jumlah besar dari berbagai akun pelanggan palsu di platform GoFood, namun tidak berniat untuk menerima atau membayar pesanan tersebut.

Bagaimana cara kerja penipuan tersebut

Para penipu membuat ratusan ribu akun pelanggan palsu dan melakukan pemesanan dari berbagai restoran di daerah Sidoarjo, memanfaatkan kode promo dan voucher untuk mendapatkan makanan gratis atau diskon.

Karena pesanan tersebut tampak sah bagi pihak restoran dan kurir, makanan pun disiapkan dan diantarkan seperti biasa. Namun ketika para kurir tiba di alamat pengantaran, tidak ada seorang pun yang menerima pesanan tersebut. Para penipu telah memberikan alamat dan informasi kontak palsu yang tidak dapat dilacak oleh mereka.

Pada saat penipuan terdeteksi, Gojek telah memberikan kompensasi kepada para pedagang dan kurir untuk pesanan fiktif tersebut, yang mengakibatkan kerugian hingga Rp 2,2 miliar. Gojek telah mengajukan laporan polisi dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku.

Untuk mencegah aktivitas penipuan serupa di masa depan, Gojek mengatakan bahwa mereka akan memperketat proses verifikasi akun, membatasi jumlah kode promosi per akun, dan memperkuat teknik analisis data untuk mendeteksi pola pemesanan yang tidak biasa dengan lebih cepat. Mereka juga menyediakan pelatihan tambahan untuk mitra merchant dan kurir mereka untuk membantu menemukan pesanan palsu.

See also  Siri Terancam? Apple Tertarik Bawa ChatGPT Dan Gemini AI Ke iPhone

Meskipun teknologi telah memungkinkan layanan yang nyaman seperti pengantaran makanan, teknologi juga membuka peluang bagi mereka yang ingin mengeksploitasi sistem dengan cara yang tidak etis. Dengan berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dan terus meningkatkan perlindungan, platform pesan-antar makanan dapat selangkah lebih maju dari para penipu dan melindungi bisnis serta mitranya. Keterbukaan Gojek dalam menangani penipuan ini akan memperkuat kredibilitas mereka dalam jangka panjang.

Dua Pelaku Utama Penipuan Order Fiktif Ditangkap

Dua orang pelaku penipuan order fiktif di platform GoFood akhirnya berhasil ditangkap pihak kepolisian. Kedua pelaku yang berinisial FA dan ZR ini berperan sebagai otak dari modus penipuan dengan memesan makanan secara fiktif di GoFood menggunakan puluhan akun palsu. Mereka kemudian mencairkan voucher makanan yang didapat dari transaksi fiktif tersebut.

FA, Pelaku Utama Transaksi Palsu

FA, salah satu pelaku utama, mengaku mendapatkan keuntungan hingga Rp50 juta per bulan dari bisnis ilegal ini. Ia memanfaatkan promo dan diskon dari GoFood untuk memesan makanan secara massal. Setelah pesanan diterima, FA akan mencairkan voucher yang didapat dan menjualnya di pasar online.

Transaksi palsu ini berlangsung selama lebih dari setahun tanpa diketahui pihak GoFood. Pihak GoFood baru menyadari adanya transaksi mencurigakan setelah volume pesanan di salah satu mitra restoran melonjak drastis dalam waktu singkat. Saat ditelusuri, ternyata sebagian besar pesanan berasal dari nomor telepon yang sama.

ZR, Rekan Sejawat FA Dalam Bisnis Ilegal Ini

ZR juga turut membantu FA dalam melancarkan aksinya. Ia bertugas mencari restoran mitra GoFood yang memiliki menu makanan dengan harga terjangkau dan promo menarik. Setelah mendapatkan informasi dari ZR, FA akan memesan makanan dalam jumlah besar di restoran tersebut dengan menggunakan puluhan akun palsunya.

Kerjasama kedua pelaku ini berakhir setelah aksinya terbongkar. Kini FA dan ZR harus menjalani proses hukum lebih lanjut atas tindakan penipuan yang mereka lakukan. Pihak GoFood sendiri mengaku telah mengalami kerugian hingga Rp2,2 miliar akibat ulah kedua pelaku.

See also  TikTok Shop Kembali: Bagaimana ByteDance dan Tokopedia Membentuk Aliansi yang Tak Terduga

Langkah Pencegahan Gojek Agar Terhindar Dari Order Fiktif

Untuk mencegah terjadinya order fiktif di masa mendatang, Gojek perlu melakukan beberapa langkah pencegahan.

Verifikasi akun pelanggan

Gojek perlu memperketat verifikasi akun pelanggan wla188 , terutama akun yang digunakan untuk bertransaksi di GoFood. Verifikasi dapat dilakukan dengan meminta foto selfie pelanggan, nomor KTP, atau akun sosial media. Hal ini untuk memastikan bahwa akun tersebut benar-benar dimiliki oleh orang yang bersangkutan.

Pemantauan transaksi mencurigakan

Gojek juga perlu melakukan pemantauan secara berkala terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di platformnya. Jika ada transaksi yang terjadi dalam jumlah besar, frekuensi tinggi, atau lokasi yang sama dalam waktu berdekatan, hal tersebut perlu diwaspadai karena berpotensi sebagai order fiktif. Pihak Gojek dapat melakukan verifikasi lebih lanjut untuk memastikan transaksi tersebut bukan merupakan modus order fiktif.

Pembatasan jumlah orderan

Gojek dapat membatasi jumlah maksimal orderan yang dapat dilakukan dalam sehari atau dalam waktu tertentu. Hal ini untuk mencegah adanya order dalam jumlah yang tidak masuk akal yang berpotensi sebagai order fiktif. Gojek juga dapat membatasi frekuensi orderan dari lokasi yang sama.

Bekerja sama dengan otoritas setempat

Gojek perlu bekerja sama dengan pihak kepolisian dan otoritas setempat lainnya untuk memantau dan menangani kasus order fiktif. Dengan adanya kerja sama, kasus seperti ini dapat ditangani lebih cepat dan pelaku dapat segera ditangkap sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Conclusion

Jadi, kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bagaimanapun, kejadian ini juga berpotensi terjadi kepada siapa saja. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam melakukan transaksi secara online, baik sebagai pelanggan maupun penjual. Pastikan selalu untuk melakukan verifikasi dan validasi sebelum melakukan pembayaran ataupun pengiriman barang. Bagi pengguna GoFood, lebih baik untuk selalu waspada dan hindari melakukan orderan yang mencurigakan atau tidak masuk akal. Bagi GoFood sendiri, semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran untuk meningkatkan keamanan sistem yang dimiliki. Dengan demikian, kejadian serupa dapat dihindari di masa yang akan datang.